fadilla kurniasari
Sebelum saya memulai cerita postingan kali ini, saya akan memperkenalkan seseorang. Sayangnya saya tidak memiliki foto sang pelaku, jadi lewat kata-kata aja ya. Dia sosok penting dalam postingan kali ini. Ibarat kalau di film, he is the main character.
Namanya Dimas Pangesti.
*tendang Dimas
*nebar kembang
*pasang blower
Dia teman sekelas saya di kampus. Anaknya pendiem. Sepi kayak kuburan. Awalnya, saya dan anak-anak 7wonders (baca postingan 7WONDERS) takut deketin si Dimas ini. Semua bermula saat kami belajar bareng sama Dimas. Kami mencoba memahami kayak gimana sosok si Dimas ini. Waktu dapet tugas biosel, kami ngajak Dimas buat satu kelompok sama kami. Seiring meningkatnya intensitas kebersamaan kami sama Dimas, kami mulai mengenal sosok Dimas. Tadinya, yang ada di otak kami, si Dimas ini sosok yang nakutin, pendiem, yah..pokoknya beda jurusanlah sama saya dan teman-teman saya yang sableng nggak ketulungan. Tapi, ternyata Dimas ini nggak gitu-gitu amat. Orangnya asik juga.
Nah, si Dimas ini terkenal berasal dari kota Palembang. Tapi, selidik punya selidik ternyata Dimas nggak berasal dari Palembang. Dimas itu berasal dari daerah (dekat) Palembang. Lebih tepatnya Lubuk Linggau. Ini kota nggak ditemukan di peta ATLAS (kata Iyah) alias sebuah kota kecil. Dari sinilah muncul lelucon baru dan panggilan sayang buat Dimas yakni si “Lubuk Linggau”.
Dasar saya dan teman-teman adalah makhluk Tuhan paling kurangajar, hari-hari Dimas jadi sedikit diliputi penderitaan setelah bersama kami. 
*ketawa setan
Misalnya seperti hari Jumat kemarin. Seperti saya ceritakan tadi, kami dapat tugas biosel. Dan tugasnya itu susaaaaaaaaaaaaaah banget. Tugasnya adalah mereview jurnal tentang rekayasa genetika. Sebenernya kami udah milih judul jurnal yang gampang. Tapi saudara-saudaraaa masalahnya cuman 1. It’s just the matter of language. Bahasanya itu bahasa Ratu Elisabeth alias bahasa Inggris. Yah, maklum kami adalah sekumpulan mahasiswa cacat Inggris jadi kalau nerjemahin jurnal bahasa Inggris tuh susahnya kayak nerjemahin prasasti berbahasa sansekerta.
*ngesot
*garuk tembok
Kemarin siang adalah deadline pengumpulan tugas, sedangkan jam kuliah biosel adalah jam satu siang. Pembaca blog yang terhormat, tahukah anda? Tugas kami selesai setengah jam sebelum jam kuliah dan itu belum diprint pula!. Tragedi seperti ini diakibatkan kami kalau kumpul ngerjain tugas bareng malah kebanyakan haha hihi daripada mikirnya. Jangan tiru kelakuan busuk seperti ini, tapi contohlah. (lho)
Kami segera cari tempat yang bisa buat ngeprint dan langsung ngeprint tugas nggak pake lama, nggak pake napas (mati dong -_-). Pas mau ngeprint, baru inget lupa bikin cover. Dasar geblek!.
Jam menunjukkan pukul satu siang, kami bingung setengah hidup. Dan Dimas akhirnya diputuskan sebagai sang penyelamat (baca: tumbal). Jadi kami ke kampus dan Dimas disuruh jilid tugasnya. Tergopoh-gopoh saya, Dea, Finda, Chil, dan Dias menuju kelas. Sampai di sana ternyata bu Arsa, dosen biosel kami, lagi ngabsen. Pas nama Dimas dipanggil Dea nyaut “LAGI JUMATAN BUU”. And guess what, bu Arsa jawab “oh, mesjidnya beda ya?”. Muka si Dea langsung berubah kayak jengkol gosong. Ni anak juga sih ngasih alesan nggak pake mikir dikit. Masa ada sholat jumat jam 1 siang belom kelar -_______-
Si Dimas langsung ditelpon sama Dea, disuruh bilang ntar kalo ditanya bu Arsa kenapa telat jawabannya habis Jumatan. Jenius nggak sih -______-
Persis kayak di film-film kami harap-harap cemas nungguin Dimas yang tak kunjung datang. Kami berharap Dimas lari, terbang atau apa kek biar cepet nyampe kelas soalnya bu Arsa udah selesai ngabsen dan siap nagih tugas. Dimas yang dinanti pun akhirnya datang juga bersama tugas yang udah dijilid. Tapiii kenapa bentuk makalahnya nggak karuan gitu ya? udah kusut, kucel, ditekuk-tekuk. Sangat tidak berperikekertasan.
Terus, waktu kelompok kami didaulat bu Arsa buat presentasi, si Dimas kami suruh jadi moderator. Dan ternyataaa ketahuan deh si Dimas ini sangat sangat sangat dan sangat demam panggung. Dia nggak mau ditunjuk. Alesannya karena nggak pernah presentasi. “Aku kalau presentasi langsung sakit ntar besoknya” begitu dalihnya. But, there’s always the first time. Kami rayu (baca: paksa) si Dimas supaya mau. Dan bener aja waktu presentasi si Dimas emang rada memalukan -_____- grogi tingkat dewa 19.
Ada kejadian lucu waktu ngerjain tugas, salah satu diantara kami, saya lupa siapa, nulis nama Dimas di makalah presentasi dengan nama “DIMAS LUBUK LINGGAU”. Hal ini jadi lelucon besar-besaran waktu itu, tapi yang jadi masalah ternyata itu tulisan ajaib belum dihapus sampai waktu presentasi di kelas. Sang korban pun tidak menyadarinya. Hahaha…
Lalu jiwa iseng kami yang mahadahsyat tidak berhenti sampai situ saja. Waktu pulang kuliah, kami iseng ngeliatin area parkiran dari lantai dua sambil bicarain si Dimas. Saya nyeplos asal aja ngomong gimana kalau motornya Dimas dikerjain mumpung orangnya belum pulang. Dan seperti kata bang napi: ada niat, ada kesempatan, terjadilah kejahatan. Haha..
Jadi, motor si Dimas ditempel kertas bertuliskan “MADE IN LUBUK LINGGAU”. Untuk menemukan motor si Dimas di parkiran sangatlah mudah. Selain karena spionnya cuman satu doang, plat nomornya yang berhuruf BG cuma ada satu di kampus kami. Dea langsung nyobek kertas lalu menuliskan kalimat tersebut. Nulisnya biar jelas pake spidol hitam yang gede. Waktu mau nempelin itu kertas, Dea bingung nggak ada lem, isolasi atau apapun untuk bikin nempel. Untungnya saya lagi jenius siang itu. Saya teringat kalau saya habis beli makanan pempek dari catering teman saya, Ratih. Dan ternyata pempek itu masih mentah, belum digoreng. Anda tau pempek itu terbuat dari tepung kan? Tepung juga bisa dijadikan lem. Jenius kan?
Langsung saya menawarkan lem ajaib itu pada Dea, lalu ditempel ke plat nomor motor si Dimas. Setelah memastikan si kertas merekat dengan baik di plat motor Dimas, kami langsung ngacir kabur ke rumah masing-masing sambil tertawa puas.  Saat mengetik postingan ini saya senyum-senyum sendiri bayangin tampang si Dimas yang shock karena motornya telah diperlakukan secara tidak hormat oleh sekelompok mahasiswi iseng. Semoga keesokan harinya kami nggak dijadikan pempek oleh Dimas -_-v
gambar di atas adalah motornya Dimas yang telah kami perlakukan tidak senonoh.
Pembaca blog yang budiman, jangan ditiru ya perbuatan tidak lazim seperti ini. Bukannya kami nggak sayang sama Dimas, tapi justru karena kami sangaaaaaaaaaaat sayang sama Dimas makanya kami becandain kayak gini. Hahaha..  piiiss mamen -_-v
oya, ehem..lem penemuan saya sepertinya harus segera dipatenkan.

*benerin dasi
*kibas rambut
sekian postingan kali ini
salam cinta, salam ceria, hidup lubuk linggau!!! :)
0 Responses

Posting Komentar