fadilla kurniasari
Halooo pembaca yang budiman..
Oke, karena hari ini saya lagi agak waras dikit maka saya mau posting yang agak seriusan. hehehe..

Hmmm... saya diajak temen-temen saya ngabuburit bareng, besok tanggal 4 Agustus di sekolah SMA saya dulu.
Ceilah..bahasanya "dulu" padahal juga baru setahun ninggalin bangku SMA haha..
Ngomongin masa SMA, ingatan saya jadi berjalan mundur seperti plot di film-film beralur balik.
Sudah setahun kira-kira saya menyandang predikat sebagai mahasiswa, karena saya cewek maka mahasiswi.
Mungkin makna kata "setahun" bagi tiap orang bisa berbeda-beda. Ada yang merasa setahun itu waktu yang singkat, namun ada juga yang merasa setahun itu waktu yang cukup lama.
Bagi saya sendiri, sense dari kata "setahun" tidak bermuara pada lama atau tidaknya. Selama setahun terakhir ini banyak perubahan yang saya rasakan.
Saya tidak bisa menyebut perubahan itu signifikan atau tidak, tapi yang jelas menurut saya perubahan itu menuju ke arah yang lebih positif.

Kalau memori otak ini diputar mundur lebih jauh lagi, maka yang saya dapati adalah semakin banyak Dilla Dilla yang bermunculan. Dilla yang begini, Dilla yang begitu..
Mungkin secara garis besar, orang lain memandang saya sebagai satu saja sosok Dilla. Tapi, buat saya sendiri tidak demikian. Ada banyak sosok Dilla yang saya lihat selama 19 tahun saya hidup.
Dan kesimpulannya adalah itu yang dinamakan sebagai "perubahan".

Menurut saya, perubahan itu penting.
Itulah kenapa judul postingan ini adalah "Everybody Needs to Change".
Tapi perubahan yang dimaksud disini adalah yang esensinya positif.

Beberapa waktu lalu, saya adalah seorang Dilla yang pendiam.
Bukan diam karena pemalu, tapi diam karena cuek.
Bukan karena tidak bisa mencari topik pembicaraan, tapi karena enggan dan malas memulai maupun terlibat dalam suatu pembicaraan. 

Saat ini, saya pikir saya memiliki kadar cuek yang setidaknya sedikit berkurang.
Seorang teman berkata, saya terlihat sombong di awal, tapi kalau sudah kenal, cerewetnya minta ampun.

Saya berubah :)

Beberapa waktu lalu, saya adalah seorang Dilla yang tidak pernah berpikir kalau berbicara.
Kata salah seorang teman SMA, saya adalah miss "sengak".
Jarang berbicara tapi sekali bicara 'menusuk'.
Sensing humor saya buruk.
Saya nggak tahu kenapa, tiap saya tidak menyukai sesuatu saya akan bilang dengan terus terang blak-blakan. Bahasa penyampaiannya pun apa adanya, sehingga cenderung "kurang diperhalus".
Saya tidak tahu mungkin saja dulu banyak teman saya yang tidak menyukai saya, mengumpat di belakang karena membenci sifat saya yang kurang pandai mengolah verba.

Saya heran, sedangkan sekarang teman kampus saya mengatakan bahwa saya orang yang lucu dan lumayan menyenangkan.

Saya berubah :)

Beberapa waktu lalu, saya adalah seorang Dilla yang mudah tersinggung, sangat sensitif dan tidak akan menyembunyikan kemarahannya.
Saya akan marah kapan saja saya perlu marah dan pada siapa saja yang menyebabkan kemarahan saya.
Tidak pandang situasi, tempat dan orang yang dihadapi.
Emosi dan mood saya sangat gampang berubah setiap saat dan dengan pengontrolan yang buruk.
Kalau saya sedang unmood, saya bisa mengacaukan mood orang lain di sekitar saya juga. Disturbing sekali ya?

Saat ini, saya lebih bisa mengontrol emosi saya. Setidaknya saat ini saya sudah tidak sesensitif dulu. Saya tidak terlalu mendramatisir situasi yang menurut saya kurang menyenangkan. Sehingga saya sudah tidak sesebal dulu bila menemui suatu hal tak mengenakkan.
Bisa dibilang pengaplikasian "cuek" yang lebih tepat momennya.
Lebih easy going, matang dan bijak.

Saya berubah :)

Beberapa waktu lalu, saya adalah seorang Dilla yang pesimistis.
Saya selalu menggembor-gemborkan prinsip realistis tapi dengan gusar menyalahkan lingkungan sekitar bila sedang dilanda masalah. Lucu kan?
Saya beragama, beriman, tapi pincang.
Selalu menyalahkan Tuhan atas segala kemalangan yang datang.
Saya selalu merasa saya adalah orang paling sial sedunia bila sedang mendapat masalah.
Sehingga tiap dirundung masalah, saya tampak seperti seorang siswa yang mengerjakan soal ujian matematika super susah sendirian sedangkan teman-teman saya asyik bermain di luar. Saya tampak gusar sendiri pada keadaan.

Sekarang, saya tidak pernah memikirkan sisi tidak mengenakkan dari suatu kemalangan. Saya mengkoreksi dulu apa yang salah dari diri saya sehingga Tuhan memberi teguran seperti itu.
Sekarang, saya selalu optimis, semua permasalahan ada jalan keluarnya. Kita hanya perlu sabar dan tetap bersyukur. Bila dulu saya selalu sibuk menghitung apa yang tidak saya punyai, sekarang saya lebih banyak bersyukur.

Saya berubah :)

Itu baru beberapa saja, masih ada banyak lagi perubahan-perubahan yang saya rasakan.
Bisa dilihat, dulu saya tidak punya sahabat, lalu punya 1 orang sahabat dekat, kemudian selanjutnya saya punya 2 orang sahabat dekat, lalu bertambah jadi 3 orang, dan sekarang saya punya 4 orang sahabat dekat.
Itu bisa menggambarkan dulu betapa menyebalkannya saya, sekarang berubah menjadi lebih baik :)

Perubahan itu penting.
Tentunya perubahan dalam konteks positif.
Tidak perlu drastis.
Sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti.
Orang yang sukses adalah yang mau memaksakan dirinya menuju perombakan diri menjadi lebih baik, lebih positif.
Dengan menjadi sosok yang lebih baik, secara otomatis hidup kita menjadi lebih baik pula.

Ada yang bilang, masa muda adalah masa pencarian jati diri.
Kalau menurut saya, bukan "mencari", tapi "membentuk".
Seperti tembikar. Tadinya hanya tanah liat tak berbentuk, mengalami berbagai proses hingga akhirnya menjadi suatu kerajinan tangan yang cantik.

Semua orang perlu berubah untuk bisa mendapat hidup yang lebih baik.
Kita ngga boleh jalan di tempat.
Rugi sekali :)

Sekian postingan kali ini..
Salam cinta, salam ceria :)


Label: edit post
0 Responses

Posting Komentar