Haloo pembaca blog yang budiman. Hari ini saya mau posting edisi galau gitu.
Galaunya adalah tentang masalah yang ada di kampus saya yang
Sudah sekitar dua minggu saya kuliah di semester tiga. Tapi penderitaannya luar binasa banget.
Sebagian besar waktu, tenaga dan pikiran telah terkuras sama yang namanya "laporan praktikum".
Ngga usah ditanya, praktikumnya astaghfirullah banget.
Yang gilanya lagi, ada sebuah matakuliah dimana sebelum praktek diadakan pretest. Bila nilai pretest tidak mencapai 50 maka si mahasiswa akan dipersilakan mencari pintu keluar dan tidak diperbolehkan mengikuti praktikum. Padahal kalo ngga ikut praktek gimana nilainyaaa jon! T.T
#gantungdiri
Sebenernya inti dari postingan ini ngga disitu sih.
Saya mau cerita soal teman-teman saya.
Teman-teman saya yang pada makin menjauh dari makna kata "teman" dan bermigrasi menjadi sosok "saingan".
oke, saya ngerti kuliah farmasi itu emang susah.
eh salah, bukan susah tapi susssssaaaaaaaahhh baangeeeetttttt.
Yang saya rasakan saat ini. Jiwa bersaing sebagian besar teman-teman saya lagi berada pada puncak-puncaknya.
Semangat belajar mereka berkobar-kobar. Oke, bagus emang sih. Siapa sih yang ngga mau jadi yang terbaik? Tapi masalahnya, sekarang mereka mulai mencanangkan prinsip "pelit pangkal pandai".
Teman-teman saya sekarang mainnya single gitu.
Kalo ada temen yang nanya tentang pelajaran, langsung pada pasang tampang bego maksi padahal sebenernya ngerti.
Oke, orang hidup itu harus balance.
ada "take"
ada "give"
yang jadi masalah adalah, kalo emang ngga mau "give" ya jangan "take" dong. please deal with it!
Teman-teman saya ini ngga mau "give" tapi "take" aja maunya.
Nyebelin banget ngga sih orang-orang kayak gitu.
Patut digantung di monas tuh orang-orang kayak gitu.
Nah, yang namanya "teman" itu adalah saling berbagi.
tapi menilik situasi saat ini sepertinya teman-teman saya sudah bergeser pemikiran makna kata "teman" sebagai "saingan".
Kalo yang namanya "teman" itu saling membantu, dia ngga ngerti kita ngajarin. Sebaliknya kita ngga ngerti dia ngajarin balik.
Sedangkan "saingan" itu selalu ingin menjatuhkan saingannya. Saat dia ngga ngerti, kita sorak-sorak dalam hati dan nyimpen rapet-rapet apa yang kita tahu. Sebaliknya saat gantian kita yang ngga ngerti, kita buru-buru nyari tau dan ngga mau keduluan dia.
Apa tenang hidup seperti itu?
Kalo yang namanya "teman" semuanya tulus dari hati.
Sedangkan "saingan" itu selalu menakar semua berdasar prinsip "untung-rugi"
Apa nyaman hidup seperti itu?
Menurut saya,
"teman" akan selalu membuat hatimu nyaman.
Karena kita berprinsip "sukses bersama","saling melengkapi","saling mengoreksi"
Sedangkan bila kita tak punya teman dan cuma punya "saingan"...
hidup ngga akan tenang.
kita seperti balapan lari.
lari dan terus lari.
cepet-cepetan sampe finish.
apa ngga capek hidup seperti itu?
Orang dengan prinsip hidup seperti itu, selalu penuh intrik, penuh kebohongan, dan tidak tulus berteman.
Ia tidak punya "teman"
Kalo ia mengaku punya "teman" maka pasti ia berteman dengan orang yang bisa memberi kontribusi positif padanya.
Saat orang itu tidak bermanfaat lagi baginya, ia akan meninggalkannya sesuai prinsip "untung-rugi".
Maaf, bukannya sok mengkritisi sifat oranglain apalagi teman sendiri, tapi justru karena saya peduli padanya sebagai "teman". Saya kecewa beberapa "teman" saya telah bermutasi menjadi sosok monster seperti itu.
Ini menurut saya aja sih..
"Saat orang lain menganggap kita saingan itu tandanya ia tidak percaya pada dirinya sendiri. Ia menganggap kita berpotensi membahayakan dirinya. Makanya sebisa mungkin ia menjatuhkan kita". Haha kasian ya orang seperti itu..
Terus lagi..
ini menurut saya aja sih, yang ngga setuju boleh segera menutup halaman blog saya ini.
"Berbagi itu tak pernah mengurangi apa yang telah menjadi milikmu. Apalagi berbagi ilmu. Tuhanlah yang Maha Mengembalikan segala sesuatu yang telah kita berikan pada orang lain. Lewat berbagai caraNya."
Siapa sih yang membuat kamu pintar?
Hasil dari belajarmu berjam-jam setiap harinya?
Bukan.
Itu tangan Tuhan.
Siapa sih yang membuatmu menjadi nomor satu?
Hasil jerih payah menjatuhkan saingan-sainganmu?
Bukan.
Itu kuasa Tuhan.
Siapa sih yang membuatmu paham dan mengerti?
Hasil dari intrik curi bertanya sana-sini tanpa mau balik ditanyai?
Bukan.
Itu Tuhan.
Yang Maha Memudahkan segala sesuatu yang sukar.
Saya merasa kasihan beberapa "teman" saya malah menjadi monster mengerikan seperti itu.
Semoga hatinya terketuk. Segera disapa oleh Tuhan secara baik-baik.
Sebagai "teman" saya hanya bisa mendoakan.
Karena bagaimanapun saya tetap menganggap mereka "teman", bukan "saingan". :)
Sedikit mengutip kalimat seorang motivator tersohor,
"Salah satu faktor kesuksesan adalah luck yang datang dari "teman". Orang sukses adalah yang memiliki banyak relasi atau teman".
Sekian postingan kali ini,
Salam cinta, salam ceria :)
Posting Komentar