Belajar dari sebuah pengalaman, saya dan sahabat-sahabat saya semasa SMA nyaris bertengkar hanya dikarenakan sebuah status. Pembaca yang budiman, untuk postingan kali ini saya akan sedikit lebih serius dari postingan-postingan sebelumnya. Oleh karena itu, silahkan kencangkan sabuk pengaman anda dan duduk yang manis untuk menyimak baik-baik penuturan saya.
Sebagai anak muda yang jiwanya masih bergejolak, tentu saja kita sering mengamati keadaan di sekitar kita dan mencoba menginterpretasikan sesuai pemikiran kita untuk kemudian diapresiasikan dengan penuh percaya diri dalam bentuk "opini"
Yang namanya "opini" itu tentu saja macamnya bisa dalam bentuk:
1. membenarkan atau setuju
2. menyalahkan atau tidak setuju
Hal ini yang sedang dialami saya dan sahabat SMA saya baru-baru ini.
Satu hal dasar dari yang namanya "OPINI" adalah konteks "benar" dan "salah" masing-masing orang adalah berbeda. Setiap individu tidak selalu memiliki point of view yang sama, oleh karena itu ketika kita dibenturkan dengan perbedaan "OPINI" maka masing-masing pasti tetap membenarkan pemikirannya serta menyalahkan pemikiran orang lain.
Hal inilah yang sempat membuat persahabatan saya dengan sahabat SMA saya nyaris di ujung tanduk.
Setelah saya menelaah dalam-dalam hal ini, tentunya dengan mengesampingkan emosi dapat saya tarik sebuah kesimpulan.
"Merangkai kata yang baik itu tidak mudah"
Sebuah kalimat dapat diinterpretasikan secara berbeda bila dibaca oleh individu yang berbeda.
Dalam era kemajuan teknologi seperti saat ini, tentunya anda semua sudah akrab dengan yang namanya jejaring sosial. Nah, di dalam jejaring sosial ini seringkali kita mengemukakan opini kita. Ketika opini kita sudah dishare kepada publik maka rangkaian kata yang kita susun itu akan menjadi milik publik. Setiap orang yang membaca status atau twit anda tentu saja tidak semuanya akan sepaham dengan anda. Saat ada orang yang tidak sependapat dengan opini anda maka bukan salahnya apabila orang tersebut protes pada anda.
Saya simpulkan bahwa dalam suatu "opini" itu sangat nyaris tidak mungkin untuk menemukan suatu objektifitas. Apa yang menurut si A benar menurut si B salah. Namun kita tidak dapat menyimpulkan si A ataukah si B yang benar.
Solusi terbaik dalam kasus seperti ini yaitu cobalah untuk mempertimbangkan lebih jauh kalimat apa yang akan anda pakai untuk mengemukakan "opini" anda. Khususnya apabila anda share "opini" anda pada publik.
Menghargai "opini" orang lain itu sangat perlu, namun memaksakan "opini" yang tidak boleh.
Perdebatan mengenai perbedaan "opini" tidak akan pernah ada habisnya, tidak akan pernah ketemu titik temunya. Namun mengapa tidak kita jadikan kata "ini opiniku itu opinimu" sebagai jalan tengah. Anda tetap pada jalan anda dengan tetap menghargai jalan orang lain dan orang lain tetap berjalan pada jalannya sendiri namun tetap menghargai jalan anda. Tidak perlu ada keributan atau perdebatan yang sia-sia, kita juga tak perlu kehilangan mood kita hanya karena membaca status orang lain di jejaring sosial yangmana tidak kita setujui.
Semua orang bebas berpendapat, bebas beropini.
Manusia adalah hal yang kompleks dan beragam. Kalau hanya karena perbedaan opini saja bisa menimbulkan suatu perpecahan, permusuhan maka alangkah mengerikannya dunia ini.
Syukurlah saya dan sahabat saya bisa melalui fase klimaks ini dan kami tetap berdiri kokoh di bawah payung persahabatan.
sekian postingan saya
salam cinta-salam ceria :)
salam perdamaian
Posting Komentar